Minggu, 17 November 2013

MAKALAH PNEUMONIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, penyakit berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, salah satunya adalah pneumonia. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), khususnya pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi dan balita di negara berkembang (Pramudiyani & Prameswari, 2011).
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang. Pneumonia telah membunuh lebih banyak anak di bawah usia lima tahun daripada penyakit lainnya di setiap wilayah di dunia. Dari 9 juta kematian anak pada tahun 2007, diperkirakan sekitar 20% atau 1,8 juta disebabkan pneumonia. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang dua juta anak balita, setiap tahun meninggal akibat pneumonia (Setyati & Murni, 2012)

Saat ini pneumonia masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Angka kematian pneumonia balita secara nasional berdasarkan hasil survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di 10 propinsi tahun 2005, tampak bahwa pneumonia masih merupakan penyebab kematian tertinggi pada balita yaitu sebesar 22,5%.4 Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nacional Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA): 25,5% , angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada balita 3%, dan angka kematian (mortalitas) pneumonia balita 15,5% (Padmonobo, Setiani, Joko ; 2012).
B.   TUJUAN
  1. Mengetahui pengertian Pneumonia
  2. Mengetahui Etiologi dari Pneumonia
  3. Mengetahui Patofisologi dari Pneumonia
  4. Mengetahui temuan pengkajian dari Pneumonia
  5. Mengetahui penatalaksanaan keprawaatan untuk Pneumonia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.    Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2007).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agen berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Penyebab noninfeksi ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada, aspirasi makanan dan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan bahan lipoid, reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi (Alvin, 2000).
Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti proses lobuler, alveolar, atau interstisial, tetapi klasifikasi pneumonia infeksius atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostic atau terapeutik lebih relevan (Alvin, 2000).
Virus pernafasan adalah penyebab pneumonia yang paling sering selama usia beberapa tahun pertama. Mycoplasma pneumonia mendapat peran dominan pada etiologi pneumonia pada anak usia sekolah dan anak yang lebih tua. Walaupun bateri menurut angka kurang penting sebagai penyebab pneumonia, mereka cederung menimbulkan infeksi yang lebih berat daripada mereka yang disebabkan oleh agen nonbakteri. Penyebab bakteri pneumonia yang paling lazim pada anak normal adalah Streptococcus pneumonia, S. pyogenes dan Stapylococuccus aureus. Haemophilus influenza tipe B juga menyebabkan Pneumonia bakteri pada anak muda pada masa yang lalu, tetapi mungkin akan menjadi jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin yang luas (Alvin, 2000).
2.    Etiologi
  1. Pneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau aspirasi benda asing.
  2. Organisame utama penyebab pneumonia bakteri pada bayi berusia kurang dari 3 bulan adalah Streptococcus Pneumoniae, Steptococcus grup A, Staphylococcus, basil gran-negatif, basil enterik, dan Chlamydia. Pada anak-anak berusia antara 3 bulan dan 5 bulan, S.pneumoniae, H. influenzae (menurut sejak diberikan vaksin), dan Staphylococcus merupakan organismo umum penyebab pneumonia bakteri.
  3. Pneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakteri. Penyebab paling sering pneumonia virus pada bayiadalah RSV. Adeno-associated virus, virus influenza dan parainfluenza merupakan organisme yang biasanya menyebabkan pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar.
  4. Pneumonia mikoplasma mirip dengan pneumonia virus, kecuali bahwa organism Mycoplasma lebih besar dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma terjadi lebih sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun.
(Muscari,2007)
3.    Patofisiologi
  1. Pneumonia biasanya diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernafasan bagian atas. Seiring dengan perkembangan penyakit, terjadi peradangan parenkim.
  2. Pneumonia bakteri paling sering menyebabkan gangguan lobularis dan kadang-kadang konsolidasi, pneumonia virus biasanya menyebabkan peradangan jaringan interstisial.
(Muscari,2007)
4. Temuan pengkajian
  • Manifestai klinis
  1. Tanda dan gejala umum pneumonia bakteri antara lain:
1)    Demam tinggi
2)    Tanda dan gejala pernapasan, antara lain batuk (nonprodukti sampai produktif dengan sputum berwarna putih), takipnea, ronkhi, ronkhi basah, perkusi tumpul, nyeri dada, retraksi, pernapasan cuping hidung, dan pucat atau sianosis (bergantung tingkat keparahan)
3)    Iritabilitas, gelisah, dan letargi
4)    Mual, muntah, anoreksia, diare, dan nyeri abdominal
5)    Tanda-tanda meningeal (meningismus)
2. Tanda dan gejala umum pneumonia virus antara lain
1)    Bervariasi mulai dari demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai emam tinggi, batuk parah dan pingsan.
2)    Batuk nonproduktif atau produktif dengan sputum berwarna putih.
3)    Ronkhi atau ronkhi basah yang halus.
3. Tanda dan gejala umum pneumonia mikoplasma antara lain
1)    Awitan atau insidensi tersembunyi.
2)    Demam, menggigil, malaise, sakit kepala, anoreksia, dan mialgia.
3)    Batuk berat, rinitis dan sakit tenggorokan
4)    Batuk berkembang dari non produktif menjadi produktif dengan sputum seromukoid yang kemudian menjadi mukopurulen, atau mengandung darah
  • Temuan pemeriksaan diagnotik dan laboratorium
  1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difusa tau bercak konsolidasi, infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis pneumonia.
  2. HDL daat menunjukkan peningkatan SDP.
  3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan organismo penyebab.
  4. Titer antistreptosin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik pneumonia streptokokus.
(Muscari,2007)
5.    Penatalaksanaan Keperawatan
  1. Kaji adanya distres pernapasan dengan memantau tanda-tana vital dan status pernapasan
  2. Beri obat sesuai indikasi
  • Antibiotik diindikasikan untuk pengobatan pneumonia bakteri. Penisilin G biasanya digunakan untuk mengatasi pneumonia pneumokokus dan steptokokus, penisilin penisilinase-resisten (methicilin) biasanya digunakan untuk pneumonia stafilokokus.
  • Antibiotik tidak digunakan untuk mengobati pneumonia virus, tetapi mungkin dianjurkan untuk mengurangi risiko infeksi bakteri sekunder
3.Tingkatkan oksigenasi yang adekuat dan pola napas normal
4.Rekomendasikan vaksin pnemokokus untuk anak-anak usia 2 tahun dan anak-anak yang lebih besar yang beresiko terhadap pneumonia.
5.Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga.
(Muscari,2007)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
  1. Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agen berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit atau aspirasi zat asing.
  2. Etiologi dari Pneumonia adalah Pneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau aspirasi benda asing. Pneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakteri dan Pneumonia mikoplasma mirip dengan pneumonia virus.
  3. Patofisiologi dari Pneumonia adalah Pneumonia biasanya diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernafasan bagian atas. Pneumonia bakteri paling sering menyebabkan gangguan lobularis dan kadang-kadang konsolidasi, pneumonia virus biasanya menyebabkan peradangan jaringan interstisial.
  4. Temuan pengkajian dari Pneumonia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu Manifestai klinis dan Temuan pemeriksaan diagnotik dan laboratorium.
  5. Penatalaksanaan keprawaatan untuk Pneumonia dilakukan dengan mengkaji adanya distres pernapasan dengan memantau tanda-tana vital dan status pernapasan, memberi obat sesuai indikasi, meningkatkan oksigenasi yang adekuat dan pola napas normal, merekomendasikan vaksin pnemokokus untuk anak-anak usia 2 tahun dan anak-anak yang lebih besar yang beresiko terhadap pneumonia dan memerikan penyuluhan pada anak dan keluarga.

BAB IV
KEPUSTAKAAN

Alvin, Behrman, Kliegman. 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol II E/15. Jakarta :EGC
Betz, Cecily Lynn & Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Jakarta : EGC
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatik. Jakarta :EGC
Padmonobo, Heru. Setiani, Onny dan Joko, Tri (2012). “Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang Kabupaten Brebes”. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol. 11. No. 2. 194-198
Pramudiyani, Novita, Aris dan Prameswari, Galuh, Nita (2011). “HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BALITA”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 2. No. 6. 71-78.
Setyati, Amalia dan Murni, Indah, Kartika (2012). “Pola Kuman Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Intensif Anak (IRIA) RSUP Dr. Sardjito”. MEDIA MEDIKA INDONESIANA. Vol. 46. No. 3. 196-200.
Somantri, irman. 2007. Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba medika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar